Dalam suatu padepokan, tersebutlah 3 orang murid dari seorang guru namanya Si Wicaksana. Darma, Durmaka serta Desna beberapa nama muridnya. Mereka bertiga kesempatan ini akan diberi pekerjaan sekaligus juga ujian oleh gurunya untuk berupaya ambil permata di goa.
Perjalanan yang akan dilewati tidak gampang, di goa yang gelap serta curam sarat dengan bahaya dari tiap sudutnya. Mereka harus berupaya untuk mendapatkan serta bawa pulang satu permata untuk diberikan ke Si Guru untuk bakti ke si Guru.
"Darma, kita berdua yakin sama diri kamu untuk pimpin ke arah goa" sebut Durmaka dan ditimpali Desna "Betul, kamu yang kita yakin"
"Baik, saya akan jaga keyakinan yang kalian beri. Saat ini kita sediakan peralatannya. Kalian masih cari langkah paling baik supaya misi ini sukses"
"Iya, silahkan kita ke arah goa" kata Durmaka bergegas ke arah goa.
Sesampai di mulut goa, Durmaka mulai mengambil langkah mundur ke belakang. Sesaat Darma mulai mengambil langkah lima cara jauh ke depan dibanding ke-2 temannya itu. "Kamu mengapa Durmaka?" bertanya Desna sekalian menepuk punggung Durmaka.
"Saya takut, rupanya goa itu tidak seperti bayanganku. Horor serta gelap . Biarin saja Darma yang ke sana dahulu"
"Kita harus juga turut, sebab ini pekerjaan kita bertiga"
"Tidak, saya cukup di sini meliatnya"
"Yaudah, saya ke depan turut Darma"
Sesaat Durmaka berada di belakang, Desna makin cepat mengambil langkah ke depan sampai hingga pas ada di belakang Darma walau ia tidak berani menyusulnya sebab ia merasai ketakutan lihat goa itu.
"Bagaimana langkah kita masuknya, gelap sekali ini Darma" kata Desna dengan muka yang kuatir.
"Kamu tak perlu takut, kita nyalakan obor kelak kita mencari jalan masuknya" sebut Darma memberikan keyakinan.
"Durmaka mana?"
"Ia ada jauh dibelakang"
"Ooo...ya diamkan saja. Kelak kita panggil"
meraih keuntungan dalam permainan judi togel Kedua-duanya selanjutnya menghidupkan obor, serta meraba bebatuan untuk lihat serta mulai cari jalan masuk di goa. Setelah tiba seputar lima mtr. masuk di mulut goa ahirnya mereka mendapatkan lubang jalan masuk yang ukurannya cuma seukuran satu badan manusia dewasa. Lihat lubang pintu masuk itu, Darma memerintah Desna menyebut Durmaka untuk bersama-sama masuk ke goa.
"Wah, rupanya ini jalan masuknya. Mengapa tidak dari barusan saya yang jalan lebih dulu ya" kata Durmaka girang.
"Perasaan dari barusan kamu diam saja di luar" kata Desna sinis.
Darma selanjutnya dekati kedua-duanya. "Telah jangan berdiskusi. Kita bertiga masuk saja saat ini".
Belum habis beberapa kata Darma, Durmaka langsung menyahut. "Kelihatannya kita harus cari langkah mendapatkan permata itu. Saya yang lebih dulu saat ini menelusurinya. Sini turut dengan ku kalian berdua".
Sesaat Desna jengkel tingkah Durmaka, serta menimpali,
"Kamu ini barusan waktu cari pintu masuk berada di luar, gantian telah di semangat sekali".
"Biarlah, kita turuti saja ia" jawab Darma perlahan menepuk bahu serta menengkan Desna.
"Gluar....!!!"
"Grguggg...druuugggg...."
Suara deru menghentak langit-langit goa, langsung mereka bertiga cari lokasi yang aman, supaya terlepas dari puing-puing langit-langit goa.
Durmika melonjak serta lari ke arah belakang, mengikuti Darma. Sesaat Desna mulai jengkel dengan tingkah Durmika. "Barusan kamu katakan lebih dulu, saat ini kamu justru lari ke belakang lagi"
"Horor sekali rupanya"
"Saya anggap kamu betul-betul berani"
Beberapa suara deru sama-sama bersahut serta masih mengeluarkan bunyi memekik ditelinga mereka bertiga. Raut muka ketakutan masih menghinggapi khususnya Durmika yang menguntit perjalanan Darma serta Desna dari belakang.
Banyak halangan yang mereka rasakan di goa, karena kesabaran dan ketekunan Darma serta Desna semua ujian di gua itu dapat ditangani sampai mendekati sore terlihat sinar berkelip tampil di atas bebatuan. Perlahan-lahan Darma mulai mendekatinya, sampai tanggannya mendapatkan permata yang bercahaya berkedip.
"Itu mutiaranya, pada akhirnya terima kasih Tuhan" sebut Durmika teriak keras.
Desna mulai cukup risih dengan tingkah laku Durmika, "Kamu dapat tenang kan?"
"Pada akhirnya usai pekerjaan kita" sebut Durmika kegirangan.
Matahari telah mulai tenggelam, mereka bertiga bergegas ke arah luar untuk kembali pada pedepokan bawa permata yang ditugaskan gurunya.
"Saya bawa serta permatanya" kata Durmika pada Darma
Langsung Desna langsung menyahut, "Tidak, masih Darma yang kasi bawa serta"
Durmika langsung merebut kain berisi permata yang dibawa Darma, serta lari bergegas ke arah padepokan.
"Kamu mengapa diamkan ia bawa permata itu?, Kelak ia yang akan mengaku hasil kerja keras kita" kata Desna jengkel lihat tingkah laku Durmika.
"Diamkan saja"
"Tetapi?"
"Diamkan saja, semesta belum pernah tidur, diamkan"
"Tetapi?"
"Mari jalan ke padepokan kita segera berjumpa guru, tentu beliau telah menanti kita"
Sesampai di Padepokan, Darma serta Desna bergegas ke arah tempat gurunya memberikan salam, "Salam hormat guru, permatanya telah kami peroleh serta dibawa Durmika"
Si Guru tersenyum, "permata telah diberikan Durmika telah saya hadiahkan padanya"
Desna bingung serta jengkel, "mengapa ia yang diberi?, Darma yang ambil permata itu di goa"
"Apalah makna satu permata" kata Si Guru terlihat tersenyum dengar beberapa kata Desna. Sesaat Desna makin tidak pahami dengan sikap Si Gurunya itu.
"Tujuannya apa guru?, Mengapa dapat demikian? bertanya Desna memberikan keyakinan rasa ingin tahunya.
"Permata hanya permata serta tidak lebih dari itu. Saya tahu mengenai apakah yang berlangsung antara perjalanan kalian sebab saya ada juga di goa serta mengetes kalian dari sana" jelas Si Guru sekalian menyeka kepala Desna.
"Apa yang perlu kami kenali dari semuanya guru?" bertanya Darma merunduk pada gurunya. Si Guru mulai dekati Darma serta menggugahnya, "Permata tidak akan ada berarti dibanding dengan ketulusan, kejujuran serta bakti. Apa fungsinya semuanya bila di diri kamu tidak dapat kamu membersihkan."
Secara halus gurunya menyeka-usap rambut Darma, "Bila kamu ingin memperoleh permata serta memiliki kamu cuma akan mempunyai permata itu. Tetapi bila kamu mempertajam kejujuran, kesabaran serta semangat kamu akan memperoleh keyakinan".
"Apakah yang dapat saya kenali dari satu keyakinan, Guru?" bertanya Darma buka rasa keingintahuannya.
"Keyakinan ialah dari hasil apakah yang kamu kerjakan, satu permata hilang untukmu ada beberapa ribu permata akan menantimu sebab keyakinan itu yang kamu tumbuhkan" kata Si Guru memberikan kesadaran pada Darma serta Desna.
"Saya pahami guru, terimaksih atas semuanya" kata Darma lirih.
"Kalian harus tahu, yang kekal itu keyakinan. Dengan keyakinan kamu akan mendapatkan keyakinan yang lain. Ini ialah ujian untuk kalian serta sudah kalian lewati. Kalian tidak saya berikan permata, tetapi pengetahuan yang tidak akan ada habisnya untuk didalami serta dimengerti hingga itu akan jauh berharga dari sekedar hanya permata".